728x90 AdSpace

Latest News
Selasa, 21 Juli 2015

TV sebagai Brain Washing Box? (1)


TERBARUKANDOTKOM -- TV itu cuma sebuah kotak. Semua orang tahu itu. Kotak yang dulunya dianggap kebutuhan tersier, tapi kini bergeser menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Kotak ini bisa mengantarkan berbagai macam informasi dalam bentuk audiovisual kepada manusia di seluruh belahan dunia. Informasi yang ingin didapatkan dari kotak ajaib ini pun dapat disesuaikan dengan permintaan pribadi. Jika sekedar ingin dijadikan sumber pencari hiburan, maka tinggal cari channel  yang menayangkan acara penghibur. Sedangkan jika ingin menyaksikan yang lebih serius, seperti mencari berita tentang perkembangan politik atau ekonomi terbaru, tinggal alihkan siaran TV ke stasiun yang isinya dipenuhi program berita.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, zaman dulu orang bisa hidup tanpa TV. Mereka bisa menjalani kehidupan tanpa harus direcoki oleh acara-acara TV. Sedangkan pada masa sekarang, orang-orang lebih banyak menjadikan TV sebagai kebutuhan primer. Tiada hari tanpa nonton TV. Tidak menyalakannya sehari saja rasanya ada yang kurang. Setelah ngucek-ngucek mata saat baru bangun di pagi hari, belum sempat membersihkan sisa air liur yang nempel di pipi, mata masih belekan, yang diraih pertama adalah remote TV (ini bagi yang punya TV di dalam kamar tidur, biasanya diletakkan tepat di depan tempat tidur, saking TV ini dianggap penting sampai harus dibawa-bawa ke kamar tidur), sekedar untuk menonton acara gosip pagi hari bagi kaum wanita, atau menyaksikan berita pagi bagi bapak-bapak.

Bagi yang meletakkan TV di kamar mandi (jangan salah, yang begini juga ada lho), mereka beranggapan mandi akan jadi aktivitas yang lebih menyenangkan jika diselingi dengan mendengar acara musik pagi yang disiarkan beberapa stasiun TV, atau ingin melanjutkan nonton berita pagi yang tadi belum selesai di tonton (saat baru bangun tidur). Ada juga ibu-ibu yang sengaja meletakkan TV di dapur. Jadi saat menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anak bisa disambil dengan mendengarkan gosip paling anyar tentang artis-artis ibukota yang hidupnya penuh lika-liku dan sensasi tiada henti, yang rasanya sayang jika dilewatkan sehari saja.

Setelah mandi pagi, bapak-bapak akan pergi ke ruang keluarga atau ruang makan, menonton TV lagi di sana sambil sarapan atau sambil membaca koran dan minum kopi pagi. Di kantor? Tenang saja, di sana juga ada TV kok, bahkan biasanya layarnya lebih lebar atau sama lebar dengan yang ada di rumah. Gunanya kalau sudah suntuk dengan pekerjaan, tinggal pencet tombol ON di remote, dan muncullah siaran TV yang diharapkan. Nanti sepulang kerja, saat tangan kiri berusaha membuka kaus kaki yang belum dicuci sejak seminggu yang lalu, tangan kanan sudah aktif mencari remote di atas meja ruang keluarga, berita sore ini juga tidak boleh dilewatkan.

Ba’da magrib, beberapa orang bukannya mengajak anak dan istri untuk mentadabburi Al Qur’an, malah berbondong-bondong menuju ruang keluarga (lagi) untuk bersama-sama menyaksikan siaran di TV (lagi). Bahkan di jam-jam krusial ini (di atas jam 7 malam), siapa yang paling cepat meraih remote TV maka dia lah yang berhak mendapatkan kekuasaan penuh atas acara yang akan disaksikan seluruh anggota keluarga semalaman. Kalau menang, ya alhamdulillah. Kalau kalah, ya tinggal mengemis minta diganti ke stasiun TV yang diinginkan sesekali saat sedang iklan. Atau pakai cara kotor, merebut dengan paksa remote TV dan mengganti segera ke stasiun kesukaan tanpa peduli ada yang protes. Anak-anak dan ibu-ibu biasanya seleranya 11-12, hampir sama, sinetron. Sedangkan kaum bapak memilih yang lebih berat, seberat beban di kepalanya, yakni acara debat politik atau talkshow bertema politik yang ujung-ujungnya juga berakhir pada perdebatan (maklum akhir-akhir ini politisi Indonesia dihinggapi sindrom suka debat kusir, semakin panas debat, semakin tinggi ratting acara tersebut). []

BERSAMBUNG
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: TV sebagai Brain Washing Box? (1) Rating: 5 Reviewed By: Unknown